Rabu, 23 Desember 2009

Pesawat Senjata Korut Akan ke Iran

Sebuah pesawat yang memuat kargo berisi persenjataan dari Korea Utara (Korut) yang disita di Bangkok bulan ini ternyata bertujuan ke Iran. Laporan itu diungkap surat kabar The Wall Street Journal, Rabu (23/12/2009), mengutip pernyataan Dennis Blair, pakar perdagangan senjata gelap.

Dennis Blair yang menjadi Direktur National Intelligence Amerika Serikat itu menjelaskan, pekan lalu, kargo seberat 35 ton itu dikirim Korut untuk sebuah tujuan di Timur Tengah. "Berdasarkan rencana penerbangan yang diperoleh para pakar, pesawat itu hendak berhenti untuk mengisi bahan bakar di Sri Lanka, Uni Emirat Arab dan Ukraina, sebelum membongkar muatan di Teheran," tulis Wall Street.

Informasi baru itu diperoleh dari laporan yang ditulis bersama oleh beberapa pengamat di TransArms yang berbasis di Chicago dan International Peace Information Service (IPIS) yang berbasis di Antwerp.

Pejabat Thailand menjelaskan, mereka menyita pesawat Ilyushin-76 berdasarkan informasi AS, setelah pesawat itu mendarat untuk mengisi bahan bakar di bandara Bangkok pada 11 Desember. Pesawat itu memuat kargo berisi misil berpeluncur di bahu dan granat berpelontar roket.

Pilot asal Belarusia dan empat kru pesawat asal Kazakhstan telah ditahan pemerintah Thailand. "Pesawat itu terbang ke Pyongyang melalui Bangkok dua pekan silam untuk membawa kargo itu, lalu kembali ke Bangkok untuk mengisi bahan bakar pada 11 Desember," papar pejabat Thailand.

Kru pesawat menjelaskan, mereka tahunya sedang membawa peralatan pengeboran minyak. Wall Street mengutip seorang pakar yang mengatakan, kru pesawat mungkin benar-benar tidak tahu bahwa pesawat tersebut membawa persenjataan karena dokumen penerbangan yang diperoleh Transarms dan IPIS, memang menyatakan bahwa kargo tersebut merupakan peralatan industri minyak. "Pihak yang melakukan pengiriman kargo itu tampaknya berupaya keras untuk menyembunyikan identitasnya dengan menggunakan nama berbagai perusahaan," tulis Wall Street.

Pesawat itu didaftar sebagai milik perusahaan asal Georgia bernama Air West yang pada 5 November disewakan pada perusahaan lain bernama SP Trading asal Selandia Baru. Semua perusahaan itu tampaknya hanyalah fiktif.

Dalam kontrak lain tertanggal 4 Desember, SP Trading menyewakan pesawat itu pada sebuah perusahaan yang berbasis di Hong Kong. "Berdasarkan dokumen registrasi perusahaan, perusahaan di Hong Kong itu dimiliki oleh perusahaan kedua lainnya di Hong Kong yang dimiliki oleh sebuah perusahaan ketiga yang berada di Kepulauan Virgin Inggris," papar Wall Street.

Perusahaan terakhir inilah yang diperkirakan melakukan pengiriman kargo tersebut. Berdasarkan laporan pengamat, pesawat itu sebenarnya milik Overseas Cargo FZE, sebuah perusahaan yang berbasis di Sharjah, Uni Emirat Arab. "Pemilik saham tunggal perusahaan yang memiliki alamat di Kazakhstan itu menolak berkomentar saat ditanya tentang pesawat yang disita pemerintah Bangkok," ungkap Wall Street.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melarang semua ekspor persenjataan Korut berdasarkan resolusi yang disahkan Juni silam setelah Pyongyang melakukan tes nuklir dan rudal. Penyitaan pesawat itu diyakini sebagai kasus pertama penangkapan kargo udara berisi persenjataan sejak resolusi tersebut.

(okezone.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar