Senin, 04 Januari 2010

Kisah Pilot Garuda Menanti Ditempel Mobil Tanki


Seluruh penumpang Garuda GA 653 di Bandara Timika sudah siap di tempat duduknya masing-masing dan kru pesawat siap di tempatnya. Tapi sang pilot mulai merasa resah.Ada yang tidak beres?

Sang pilot, Manotar Napitupulu menghitung waktu. Sudah 30 menit belum ada mobil tanki yang ditunggu-tunggu untuk mengisi bahan bakar tunggangan pesawat besinya itu.

“Padahal biasanya mobil tanki sudah langsung menempel ke pesawat jika pesawat mau berangkat,” kata Manotar bercerita, Senin (4/12/2009).

Manotar memutuskan untuk berkoordinasi dengan Direktur Operasional Garuda dan seorang kapten pilot yang incharge. Dari situ dia tahu bahwa operator Bandara yang dimiliki PT Freeport itu, tidak menyediakan avtur untuk Garuda.

Mendengar jawaban itu Manotar menemui manajemen Bandara untuk menanyakan soal tidak adanya bahan bakar untuk Garuda. Pihak manajemen ketika itu menyatakan mengeluarkan kebijakan untuk meniadakan bahan bakar untuk Garuda per tanggal 4 Januari. “Itu kan besok, bukan hari ini,” protes Manotar ketika itu.

Namun tak lama berselang, dia ditunjukan surat baru yang menyatakan bahwa pihak bandara tidak menyediakan bahan bakar per tanggal 3 Januari 2010. “Itu aneh,” kata Manotar.

Pihak Bandara bergeming dengan permohonan Manotar untuk mendapatkan bahan bakar. Bahkan pihak manajemen sempat mengatakan permintaan agar Direktur Utama Garuda minta maaf dengan vice presiden PT Freeport yang tidak diizinkan menaiki Garuda pada penerbangan sebelumnya di hari yang sama.

Yang dikhawatirkan Manotar saat itu adalah, kondisi psikologi para penumpang. Dia khawatir karena delay cukup lama, penumpang emosi dan melakukan tindakan yang tidak diinginkan. Dia pun menyempatkan diri berbincang dengan sejumlah penumpang tentang kondisi yang dihadapinya. “Mereka bisa menerima,” kata Manotar.

Pesawat yang dipiloti Manotar seharusnya berangkat pada pukul 07.50 WIT, namun akhirnya terbang pukul 11.00 WIT. Dia harus menunggu pesawat yang sebelumnya dipiloti Kapten Achdiyat itu yang divert ke Jayapura. Pesawat baru tiba di Timika pukul 10.35 WIT kemarin.

“Masih ada sisa 8 ribu liter avtur, untuk saya terbangkan ke Biak,” ungkap Manotar. Di biak, pesawat mendapat avtur untuk melanjutkan perjalanan, terangnya.

PT Freeport tidak memberikan avtur kepada Garuda lantaran maskapai milik BUMN itu pada penerbangan sebelumnya di hari yang sama, menolak mengangkut vice presiden PT Freeport beserta dua stafnya.

Hari Minggu kemarin, Petinggi Freeport itu berusaha menaiki pesawat Garuda GA 652 yang saat itu tengah divert ke Bandara Jayapura akibat cuaca buruk di Timika. Pihak Bandara menolak mereka lantaran mereka seharusnya menaiki penerbangan berikutnya (GA 653).

“Presiden Freeport mau ikut ke Jayapura Timika, ternyata sudah terlambat karena dokumen sudah selesai. Pesawat buru-buru karena sudah terlambat tiga jam dengan divert ke Jayapura,” ungkap Manotar yang juga Ketua Federasi Pilot Indonesia itu.

Menurut Manotar, sebenarnya para petinggi PT Freeport itu bisa saja ikut jika memang waktunya mencukupi untuk melakukan persiapan dokumentasi dan keperluan lain seperti katering dan lainnya. Namun karena waktunya yang sempit permintaan itu harus ditolak.

“Mereka bukan ditinggal tapi pesawat sudah terlambat. Dengan hubungan silaturahmi ya enak, itu kalau waktu memungkinkan, boleh-boleh saja. Tapi ini sudah terlambat, dan mereka kan di kelas bisnis, harus dipersiapkan dan itu sudah sangat terlambat. Kasihan penumpang yang lain,” imbuh Monatar.

Saat ini Humas PT Freeport Mindo Pangaribuan belum bisa dimintai konfirmasi okezone terkait berita ini. Empat kali telepon genggamnya dihubungi, namun tidak diangkat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar