Kamis, 21 Januari 2010

Fear of Flying

Dengan maraknya pertumbuhan moda transportasi udara, seharusnya situasi tersebut juga memberikan kemudahan bagi seluruh lapisan masyarakat.

Pengguna jasa untuk menikmatinya.Selain harga tiket semakin terjangkau, peluang untuk memilih maskapai maupun jenis pesawat terbang semakin luas.Namun demikian, kalau bagi sebagian masyarakat kemudahan tersebut adalah hal yang menggembirakan, ternyata tidak demikian bagi sebagian masyarakat yang lain. Sadarkah kita bahwa sebagian dari orang-orang yang berada di sekitar kita (mungkin termasuk diri kita sendiri), mungkin saudara, teman, sahabat, suami, istri, atau siapapun …bagi mereka bepergian dengan naik pesawat terbang akan menjadi pengalaman yang mengerikan (nightmare). Mereka adalah penyandang sindrom fear of flying.

Fear of flying, atau “takut terbang”, adalah permasalahan psikologis yang sangat kompleks. Banyak referensi (terutama di luar negeri) yang terdapat di dalam berbagai tulisan, buku, video atau sumber-sumber lainnya yang menceritakan serta membahas tentang hal ini. Sehingga, menentukan mana yang paling sesuai bagi yang membutuhkan referensi adalah pilihan yang tidak mudah. Tulisan kecil ini dimaksudkan untuk memberi gambaran umum tentang masalah fear of flying.
Tanpa maksud untuk membahas teori masalah ini secara teknis, fear of flying adalah kondisi kegelisahan dan sekaligus kegugupan perasaan seseorang yang tidak teratur (anxiety disorder) pada saat-saat tertentu. Kondisi kegelisahan tersebut dapat muncul pada saat seseorang naik pesawat terbang, atau bahkan jauh sebelum seseorang sampai ke bandara untuk menuju ke suatu tempat dengan naik pesawat terbang. Sering kali kegelisahan tersebut timbul karena lebih dipicu oleh pengalaman-pengalaman yang lalu saat seseorang naik pesawat terbang, dimana kemudian kegelisahan tersebut dihubung-hubungkan dengan resiko-resiko yang mungkin dapat timbul dan akan dihadapi dalam sebuah penerbangan.
Industri airline sebenarnya sangat menyadari tentang adanya fear of flying ini dan bagaimana dampaknya kepada para pengguna jasa yang menyadap sindrom tersebut. Walaupun riset terhadap permasalahan ini juga sebenarnya sangat jarang dilakukan, bahkan di negara kita sendiri riset ini mungkin belum pernah dilakukan, tetapi ada catatan studi yang pernah dilakukan oleh tim dari pabrik pembuat pesawat Boeing pada sekitar tahun 1980an. Studi dari tim tersebut menemukan bahwa 18.1% orang dewasa di Amerika Serikat ternyata mengidap sindrom fear of flying, serta 12.6% orang dewasa lainnya mengalami kegelisan dan kegugupan saat mereka terbang. Pendeknya, satu di antara tiga orang dewasa Amerika ternyata mengalami ketakutan untuk terbang. Hasil studi tersebut juga menemukan hasil penelitian yang lebih mendalam tentang mengapa orang-orang dewasa tersebut menghindar untuk melakukan perjalanan dengan naik pesawat terbang. Sekitar separuh dari mereka menyampaikan alasan bahwa “ketakutan” adalah penyebab utamanya, sementara 6% di antaranya menganggap bahwa terbang adalah kondisi yang tidak aman. Hal terakhir ini adalah alasan yang sangat irasional karena sangat bertentangan dengan kenyataan yang ada, dimana sebenarnya hasil statistik menunjukkan bahwa moda transportasi publik yang paling aman di dunia adalah pesawat terbang.
Hasil polling mutakhir yang dilakukan oleh majalah Newsweek pada tahun 2000 menunjukkan bahwa 50% orang dewasa dari berbagai negara yang melakukan perjalanan dengan pesawat terbang komersial yang disurvey saat itu mempunyai perasaan yang dikategorikan sebagai “menakutkan”.
Bentuk reaksi orang saat mengalami sindrom fear of flying akan sangat berbeda antara yang satu dengan lainnya, seperti halnya bagaimana mereka masing-masing memperoleh pengalaman yang menimbulkan perasaan yang berbeda-beda pula. Akan tetapi reaksi yang umum adalah dengan sedapat mungkin menghindari melakukan perjalanan dengan pesawat terbang. Tercatat beberapa orang ternama, selebriti (mungkin termasuk mereka orang Indonesia?) yang mengelola kehidupan profesionalnya dengan cara menjauhkan diri atau menghindar dari kegiatan yang mengharuskan mereka untuk melakukan perjalanan jauh – yang mungkin hanya dapat dilakukan dengan naik pesawat terbang.
Reaksi lain yang berdampak kepada kondisik fisik adalah; wajah pucat, berkeringat dingin, jantung berdebar cepat, dan mual. Dan yang paling perlu diwaspadai adalah saat orang yang sedang mengalami sindrom fear of flying kemudian berusahan mengatasi dirinya dengan mengkonsumsi obat (drugs) atau minuman beralkohol yang malah membuat seseorang mabuk, yang mungkin malah dapat membahayakan orang-orang yang berada di sekitarnya.
Walaupun komunitas penerbangan lebih sering “mengkampanyekan” hasil studi terhadap statistik yang dianalogikan dengan resiko terbang untuk menunjukkan bahwa moda transportasi udara adalah aman, dan penumpang tidak perlu untuk takut – tetapi bagi mereka yang mengidap sindrom fear of flying hasil statistik tersebut tidak mengandung makna apapun, karena di dalam berbagai kasus, perasaan ketakutan tidak berkaitan langsung dengan resiko yang mungkin akan dihadapi. Bahkan apabila peluang atas hal yang buruk dihitung dengan kemungkinan satu berbanding sejuta peluang yang aman, maka bagi orang yang takut terbang akan berpikir bahwa perjalanan yang akan dilakukannya adalah satu kemungkinan peluang yang buruk tersebut.

Apa yang dapat dilakukan untuk mengatasinya?
Jikalau perasaan fear of flying sangat mempengaruhi kehidupan Anda dalam situasi yang Anda sendiri tidak menyukainya, maka disana tidak ada alasan untuk menganggap bahwa hal ini adalah sesuatu yang normal. Artinya, harus ada upaya untuk menanggulangi situasi tersebut. Dan sebenarnya ada beberapa alternatif cara untuk mengatasinya. Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengenali tanda-tanda atau gejala dari fear of flying tersebut.
Fear of flying bukanlah masalah tentang bagaimana seseorang naik pesawat terbang saja, atau hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman seseorang di masa lalu saat melakukan perjalanan dengan transportasi udara – tetapi sangat berkaitan erat dengan situasi-situasi yang membuat seseorang menjadi sangat tertekan (stressful) atau cemas (anxious). Tidak seluruh tanda-tanda dalam daftar berikut di bawah ini disebabkan oleh ketakutan atau kecemasan seseorang tentang terbang. Tetapi, tindakan atau pelaksanaan perjalanan terbang mungkin akan menyulitkan, dan bahkan tidak memungkinkan Anda untuk menghindari situasi yang sangat menekan tersebut. Sebagai contoh, bila Anda adalah orang yang sangat tidak menyukai berada pada ruangan yang tertutup, dan Anda merasa pusing saat berada di dalam lift, Anda akan dapat segera mengatasinya dengan keluar dari lift tersebut pada pemberhentian di lantai mana saja. Akan tetapi di dalam pesawat, pemberhentian tersebut mungkin masih berjam-jam lamanya ke depan – dan jumlah perasaan tertekan dalam sisa perjalanan kurun waktu tersebut akan bertambah dan menumpuk dengan sangat luar biasa.
Tidak membedakan apakah Anda adalah orang yang sudah sering terbang, atau Anda adalah orang yang belum pernah terbang, berikut ini adalah daftar tanda-tanda atau gejala yang mengisyaratkan bahwa Anda adalah orang yang mungkin mengidap sindrom fear of flying:
Takut dan cemas saat berada pada ketinggian
Takut dan cemas saat berada di atas wilayah perairan
Takut dan cemas saat berada pada situasi kegelapan
Perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak beralasan
Tidak menyukai berada di ruangan tertutup dan/atau penuh sesak dengan orang lain
Tidak menyukai berada di sekitar orang asing yang tidak Anda kenal
Merasa nyaman dengan situasi yang Anda kontrol sendiri, dan tidak menyukai ketergantungan atas berbagai teknologi dan/atau orang lain untuk dimaksudkan untuk melindungi Anda
Menyukai kebebasan pribadi dan tidak menyukai bila orang lain memberitahu Anda tentang apa yang harus dilakukan serta apa yang tidak harus dilakukan
Terbang, atau pemikiran tentang terbang, membuat Anda merasa tegang dan menjadi pusing, mual, penat, dan menimbulkan ketidaknyamanan terhadap kondisi fisik.
Tidak menyukai gangguan privasi terhadap diri Anda, terutama saat adanya pemeriksaan terhadap barang-barang pribadi atau pemeriksaan badan (body search).
Kekhawatiran atas resiko luka-luka atau bahkan kematian karena timbulnya kecelakaan atau munculnya 'serangan tiba-tiba' dari orang lain (pembajakan).
Tidak menyukai kegiatan serta suara yang berkaitan dengan penerbangan.
Merasa mudah tersinggung dan marah kepada orang lain saat menjelang terbang.
Dan hal-hal lain yang pada intinya menimbulkan perasaan ketakutan dan kecemasan pada diri-sendiri.

Bila Anda menghadapi situasi perasaan ketakutan dan kecemasan seperti tersebut di atas dalam kurun waktu yang agak lama, seperti misalnya saat terbang, atau bahkan beberapa waktu sebelum terbang, kemungkinan reaksi yang akan Anda lakukan untuk mengatasinya adalah dengan melakukan berbagai cara pengobatan diri, seperti misalnya dengan meminum obat-obatan. Bila Anda menjumpai satu atau lebih dari tanda-tanda atau gejala tersebut, sebaiknya melakukan penelitian diri lebih mendalam, dan jika perlu melakukan konseling kepada ahli dalam bidang tersebut (Psikolog).
Oleh karena fear of flying bukanlah sesuatu yang dengan secara mudah dapat dipahami dan kemudian dikontrol, terutama bagi mereka yang merasakan dampaknya saat berangkat menuju bandara untuk melakukan perjalanan dengan pesawat terbang. Sebagian besar orang merasa bahwa satu-satunya cara untuk mengatasinya adalah dengan sedapat mungkin menghindari perjalanan terbang. Tetapi cara ini ternyata disadari mempunyai kekurangan dan bahkan kerugian yang luar biasa dampaknya, terutama bagi mereka yang kehidupannya memerlukan mobilitas yang tinggi, dan juga bagi mereka yang mencari kesenangan dan kenikmatan dalam memanfaatkan perjalanan udara ke berbagai pelosok tempat di belahan dunia manapun tanpa harus mengalami tekanan.
Banyak orang yang mengidap sindrom fear of flying ini telah mencoba berbagai metoda dengan caranya sendiri – seperti misalnya terapi kejiwaan, pengobatan fisik, dan bahkan (di luar negeri) mereka mencoba mengikuti program penanggulangan fear of flying. Sayangnya, hal terakhir tersebut – mencakup tentang studi, penelitian dan penanggulangan fear of flying ini – belum pernah dilakukan di Indonesia. Karena justru program semacam inilah di luar negeri yang membuktikan telah memperoleh manfaat banyak bagi para penyandang sindrom tersebut.
Salah satu pendekatan dalam pelaksanaan program penanggulangan fear of flying di Amerika yang sangat terkenal adalah yang dilakukan oleh kolega pilot yang bernama Capt Tom Bunn. Capt Bunn mulai melakukan kegiatan programnya sejak tahun 1980an, dengan didasari oleh analisa dan penelitian ilmiah yang dilakukannya di institusi University of Tennessee. Dia adalah lulusan universitas yang sama. Dan untuk melengkapi penelitian ilmiahnya, dia juga telah melewatkan waktunya selama lima tahun untuk mencapai tingkat kesarjanaan sebagai seorang Psikolog. Sepanjang karirnya hingga kini, dia telah menolong lebih dari 5000 orang yang berhasil dalam mengatasi sindrom fear of flying.
Bagaimana dengan di Indonesia? Tulisan kecil ini sebenarnya dimaksudkan untuk menggugah para ahli dalam upaya menanggulangi permasalahan serupa di Indonesia. Seperti halnya telah disampaikan pada awal tulisan, bahwa dengan semakin maraknya moda transportasi udara, khususnya di Indonesia, dan juga dengan kenyataan bahwa “now everyone can fly”, yang berarti bahwa kemungkinan jumlah pengidap sindrom fear of flying ini juga semakin bertambah. Maka untuk itu perlu dilakukan upaya serius untuk mengatasinya. Siapa terpanggil untuk menindaklanjutinya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar