Kamis, 21 Januari 2010

Bandara Haiti Sesak

Bantuan internasional bagi korban gempa Haiti terus mengalir, termasuk dari Indonesia. Namun, kiriman yang semestinya tiba hari Selasa di Haiti, baru diizinkan masuk oleh PBB dan AS pada 7 Februari nanti. Bantuan terpaksa disinggahkan dulu ke Republik Dominika.

Pemerintah RI telah mengirim bantuan berupa 75 tenaga ahli, termasuk tenaga medis dan regu penyelamat, serta sekitar 30 ton bahan makanan, di antaranya bahan-bahan pelengkap ASI, obat-obatan, dan selimut untuk korban gempa Haiti. Rombongan relawan dan bahan bantuan diangkut pesawat carteran, Lion Air tipe Boeing 747-400, hari Senin (18/1/2010) dari Jakarta.

Informasi yang diperoleh Kompas menyebutkan, pesawat pengangkut bantuan RI belum diizinkan mendarat di Bandara Internasional Toussaint Louverture, Haiti, oleh PBB dan AS karena bandara penuh sesak. Ratusan pesawat pengangkut bantuan kemanusiaan berdatangan ke Haiti sehingga harus dijadwalkan terlebih dahulu untuk bisa mendarat.

Lalu lintas bantuan ke Haiti sampai Senin hanya melalui udara. PBB dan Angkatan Udara AS berkuasa mengatur penjadwalan pendaratan pesawat bantuan di Haiti. Bantuan RI baru diizinkan mendarat di Haiti pada 7 Februari. Rombongan relawan dan paket bantuan lalu diterbangkan ke Santo Domingo, ibu kota Republik Dominika, tetangga Haiti.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Teuku Faizasyah, ketika dihubungi semalam, membenarkan laporan itu. Menurut dia, tim relawan dan bantuan diangkut dengan pesawat carteran, Lion Air. Dia mengetahui rombongan RI belum dibolehkan masuk Haiti saat tim relawan itu tiba di Honolulu. Mengetahui tidak bisa langsung terbang ke Haiti, rombongan relawan RI lalu terbang ke Dominika.

Lily S Sulistyowati, Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Kesehatan RI, juga mengatakan, tim kesehatan termasuk dalam rombongan ke Haiti. Tim dipimpin oleh dr R Suhartono dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta.

Tim kesehatan terdiri dari 30 orang, yakni 10 dokter spesialis, dua dokter dari Disaster Victim Identification (DVI), dan 18 tenaga kesehatan lainnya. Selain mengirim tim kesehatan, pemerintah juga mengirim tiga ton obat-obatan dan perbekalan kesehatan, lima ton makanan pendamping ASI, dan satu unit rumah sakit lapangan.

Bantuan masuk digilir

Keinginan dunia internasional yang membeludak untuk membantu korban gempa Haiti memaksa dibukanya secara darurat Bandara Toussaint Louverture. Mengingat seluruh infrastruktur bandara rusak berat, pengoperasian bandara pun dibatasi khusus untuk pesawat pengangkut bantuan saja. Belum dibuka penerbangan sipil komersial.

Direktur Logistik Militer AS Brigadir Jenderal Michael Dana mengatakan, operasi bantuan internasional besar-besaran di bandara internasional Port-au-Prince telah menyebabkan bandara penuh sesak. Akibatnya, bantuan makanan dan obat-obatan yang sangat dibutuhkan tidak bisa tiba dengan cepat di Haiti. Dia berharap dua pelabuhan laut dibuka untuk mendukung kelancaran distribusi bantuan ke Haiti, tidak hanya mengandalkan bandara yang kondisinya terbatas.

Lebih dari 30 negara menerbangkan pesawat bantuannya ke Haiti. Dari hari ke hari, jumlah penerbangan khusus untuk operasi kemanusiaan dari dunia internasional itu meningkat tajam. Untuk kelancaran di bandara, PBB dan AS berkuasa mengatur bandara, dan menggilir kedatangan pesawat-pesawat pembawa bantuan.

Meski terus mengalir, kesulitan untuk mendistribusikan bantuan kepada para korban masih merupakan kendala utama. Di berbagai sudut kota masih ada ribuan warga korban gempa yang belum mendapat bantuan makanan yang layak. Tidak hanya itu, tenda penampungan juga terbatas. Sekitar 50.000 pengungsi tidur di lapangan golf di kota, tempat militer AS membangun tenda bantuannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar